Blog

Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Iklim

Isu perubahan iklim sejalan dengan kepunahan keanekaragaman hayati. Disadari ataupun tidak disadari keanekaragaman hayati di sekitar kita semakin berkurang. Mungkin dahulu kita akan mudah menemukan serangga seperti capung, kupu-kupu, atapun lebah disekitar kita. Saat ini kita akan sulit menemukan capung disekitar rumah kita, terutama kita yang tinggal di daerah perkotaan atau di sekitar kota-kota besar. Dalam skala yang lebih besar di beberapa kepulauan kecil, peningkatan suhu sebagai akibat dari perubahan iklim menyebabkan kenaikan muka air laut sehingga beberapa daratan/pulau-pulau kecil tenggelam dan dapat memunahkan spesies endemik di pulau itu.

Menurut laporan Penilaian Global 2019 oleh Intergovernmental Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES) diketahui satu juta spesies hewan dan tumbuhan terancam punah. Ini merupakan jumlah tertinggi dalam sejarah manusia1. Selain itu berdasarkan Living Planet Report pada tahun 2020 mengungkapkan bahwa terjadi penurunan rata-rata 68% pada populasi global mamalia, ikan, burung, reptil, dan amfibi sejak tahun 19702. Hilangnya keanekaragaman hayati ini menggambarkan betapa semua saling terhubung.

Sebelum lebih jauh, kita perlu mengenal apa itu keanekaragaman hayati. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) keanekaragaman hayati memiliki arti “keseluruhan keanekaragaman makhluk yang diperlihatkan suatu daerah mulai dari keanekaragaman genetika, jenis, dan ekosistemnya”. Dalam Bahasa Inggris keanekaragaman hayati disebut sebagai Biodiversity, yang merupakan singkatan dari Biological Diversity, yang memiliki arti serupa dengan di Bahasa Indonesia yaitu “kehidupan di Bumi, mulai dari tingkat yang sangat kecil seperti mikroba hingga ke tingkat yang lebih komplek seperti hutan hujan”3. Secara luas keanekaragaman hayati juga termasuk interaksi antara satu mahluk hidup dan mahluk hidup lainnya.

Diperkiraan saat ini ada antara 8 dan 20 juta spesies mahluk hidup (hewan, tumbuhan, dan jamur) di Bumi. Hingga saat ini ada banyak hal yang tidak diketahui tentang spesies-spesies tersebut. Hanya sekitar 2 juta spesies yang telah diidentifikasi dan diberi nama4.Keanekaragaman mahluk hidup yang ada di bumi terus berubah sepanjang sejarah terbentuknya bumi. Salah satu faktor yang mendorong perubahan keanekaragaman hayati adalah faktor abiotik seperti kandungan udara, air, suhu, perubahan tinggi muka air laut, dan yang sangat mempengaruhi adalah perubahan iklim. Hal-hal tersebut masih terus berjalan hingga saat ini.

Keanekaragaman hayati memiliki peran yang penting bagi lingkungan dan manusia. Salah satu peran keanekaragaman hayati adalah sebagai pendukung Kesehatan ekosistem. Beberapa serangga dan mahluk hidup lainnya berperan penyerbukan tumbuhan yang secara langsung berperan dalam regenerasi hutan. Secara tidak langsung keanekaragaman hayati juga dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Rusaknya ekosistem atau tutupan hutan menyebabkan wabah lebih mudah menyebar5. Berdasarkan riset Griscom et,al (2017), keanekaragaman hayati merupakan bagian penting dari solusi perubahan iklim. Dalam riset tersebut diketahui bahwa keanekaragaman hayati dapat memberikan setidaknya 30% pengurangan emisi yang dibutuhkan pada tahun 2030 untuk mencegah bencana iklim6.

Keanekaragaman hayati juga berhubungan dengan identitas dan budaya di masyarakat. Seperti spesies-spesies burung yang menjadi simbol sebuah negara atau masyarakat suatu daerah. Dan banyak yang tidak kita sadari keanekaragaman hayati juga berdampak baik bagi kondisi ekonomi. Jutaan manusia masih memiliki ketergantungan terhadap alam dan keanekaragaman hayati untuk kebutuhan hidup sehari-hari terutama di negara-negara berkembang. Dimana alam dan keanekaragaman hayati menjadi sumber utama makanan, bahan bakar, obat-obatan, dan beberapa produk lainnya.

Salah satu usaha yang saat ini dikembangkan untuk membantu mengurangi dampak perubahan iklim dan keanekaragaman hayati adalah sistem kredit keanekaragaman hayati (biodiversity credit). ‘Kredit keanekaragaman hayati’ adalah instrumen ekonomi yang digunakan untuk membiayai kegiatan yang memberikan keuntungan positif bagi keanekaragaman hayati. Kredit keanekaragaman hayati secara sukarela dapat membantu sektor swasta dan publik untuk mencapai sistem ekonomi yang positif terhadap alam dan harus dengan tata kelola yang transparan 7. Untuk mencapai tata kelola yang transparan salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melibatkan masyarakat adat dan komunitas lokal. Kredit keanekaragaman hayati juga harus memiliki nilai tambah (additionality), berlangsung dalam jangka Panjang (permanence), serta melalui pengukuran (measuring), pelaporan (reporting), dan verifikasi (verification) yang ketat sehingga tidak terjadi kebocoran (leakage).

Ketika tulisan ini dibuat, beberapa standard sedang mengembangkan metodologi agar dapat diterapkan dalam kredit keanekaragaman hayati (Biodiversity Credit). Masing-masing, Plan Vivo dan VCS Verra yang saat ini sedang mengembangkan metodologi untuk kredit keanekaragaman hayati (Biodiversity Credit).  Plan Vivo mengembangkan kredit keanekaragaman hayati dengan nama PV Nature, sedangkan VCS Verra mengembangkan SDVISta Nature. Metodologi-metodologi ini dikembangkan untuk memberikan pilihan pendanaan baru bagi siapa saja yang memiliki keinginin untuk melindungi dan merestorasi alam. Kedua standard tersebut merupakan salah satu rujukan Gaia dalam mengembangkan kegiatan untuk perlindungan dan pemanfaatan alam secara berkelanjutan.

Melihat kondisi lingkungan saat ini dan dampak yang terjadi karena perubahan iklim, sudah saatnya untuk mengambil langkah. Kehilangan keanekaragaman hayati dan kenaikan suhu dapat lebih buruk lagi dari saat ini jika tidak segera melakukan perubahan nyata. Kontribusi dari setiap masing-masing individu akan memberikan manfaat yang besar terutama jika dilakukan bersama-sama.

 

 

Achmad Alifianto/ Biodiversity Conservation Specialist Gaia Indonesia

 

 

Latest Article

Social Links