Blog

Sampah Masih Menjadi Permasalahan Dalam Kehidupan

Permasalahan tertua di muka Bumi yang sampai sekarang tidak bisa terselesaikan adalah sampah. Keberadaannya akan terus menghantui selama manusia ada, karena manusia produsen terbesar penghasil sampah.

Pesisir Jakarta Utara sebagai benteng pertahanan juga tidak luput dari keberadaan sampah yang dapat mengancam bagi kehidupan. Lokasinya yang ditumbuhi berbagai jenis hutan pantai (mangrove) sejak masa pemerintahan kolonial Belanda tersebut sudah ditetapkan sebagai kawasan lindung cagar alam. Kondisi tersebut berubah ketika masa peralihan pemerintahan yang mengakibatkan luasan ekosistem hutan mangrove menyusut akibat alih fungsi lahan (konversi).

Hampir sebagian besar kawasan hutan mangrove berubah menjadi bangunan permanen demi pertumbuhan kota. Hal tersebut membuat sebagian besar keberadaan jenis-jenis burung di pesisir Jakarta harus menerima kondisi tersebut. Habitat yang semestinya menjadi tempat untuk mencari makan dan berbiak bagi burung kini tidak lagi seperti dulu. Setidaknya ada sekitar kurang lebih jenis burung ada di pesisir Jakarta, baik itu jenis burung penetap (resident) maupun pendatang (migrasi). Jumlah tersebut tentu menjadi pertimbangan akan pentingnya keberadaan burung-burung di Jakarta yang secara garis besar minim ruang terbuka hijau (RTH).

Ekosistem hutan mangrove memiliki peran dan fungsi yang sangat penting, tidak hanya bagi kehidupan manusia, tetapi juga bagi berbagai makhluk hidup lainnya. Selain sebagai habitat, hutan mangrove juga memiliki peran dalam meminimalisir terjadinya bencana alam seperti tsunami, gelombang pasang surut air laut dan juga abrasi pantai. Menurut data, total luas hutan mangrove yang tersisa di Jakarta saat ini sekitar 430,45 hektar dan itu dikelola oleh pemerintah dan juga swasta.

Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, keberadaan sampah di pesisir pantai Jakarta masih menjadi persoalan bagi kehidupan ekosistem hutan mangrove. Meski ada upaya dibersihkan, sampah tidak pernah sirna di pesisir Jakarta. Data tahun 2020 menunjukkan jumlah volume sampah di Jakarta mencapai 7.424 ton dalam sehari yang terangkut, sementara yang berserakan dan mengendap menjadi ancaman baru bagi kehidupan ekosistem hutan mangrove dan juga makhluk hidup lainnya.

Sebagai ibu kota negara dan pusat tumbuh kembangnya kehidupan manusia urban seyogyanya mampu dan bijak dalam mengelola sampahnya sendiri, minimal membiasakan diri dengan prinsip reduce, reuse dan recycle.

 

 

 

Dedy Istanto/GAIA Indonesia

 

Latest Article

Social Links