NEWS

Pohon Endemik Kalimantan Yang Tersisa Bekas Aktivitas Penebangan

Kalimantan adalah salah satu pulau terbesar di Indonesia sekaligus pusat keanekaragaman hayati dunia. Hutan tropisnya menjadi rumah bagi beragam spesies tumbuhan, mulai dari pohon raksasa, anggrek, kantong semar, tumbuhan perdu, hingga tanaman obat yang memiliki nilai ekologis maupun ekonomis tinggi.

Diperkirakan terdapat lebih dari 15.000 jenis tumbuhan hidup di hutan Kalimantan. Dalam beberapa survei ilmiah, bahkan ditemukan lebih dari 700 spesies pohon hanya dalam area seluas 10 hektare—angka yang jauh melampaui jumlah total spesies pohon di seluruh Amerika Utara.

Salah satu referensi penting mengenai kekayaan flora ini adalah buku “Pohon Endemik Kalimantan” karya Kade Sidiyasa (Kade, 2015). Buku tersebut mendokumentasikan 1.433 jenis pohon yang berasal dari 218 marga dan 65 suku, termasuk sejumlah besar spesies yang hanya dapat ditemukan di Kalimantan.

Sebagai bagian dari Schwaner Muller Project, survei vegetasi dilakukan di kawasan hutan bekas aktivitas penebangan (logging) di Kalimantan Barat. Lokasi penelitian berada di kawasan hutan tropis hutan dataran rendah lahan kering dengan topografi datar hingga bergelombang, pada ketinggian 50–120 meter di bawah permukaan laut.

 

Kondisi hutan di area penelitian

Hasil survei mencatat keberadaan 164 jenis pohon yang terdiri atas 92 marga dan 40 suku. Dari jumlah tersebut, ditemukan pula 22 jenis pohon endemik Kalimantan yang masih tumbuh di area studi. Temuan ini menegaskan bahwa, meskipun hutan telah mengalami tekanan akibat aktivitas manusia, jejak kekayaan hayati Kalimantan tetap bertahan. Bahkan, keanekaragaman jenis pohon berpotensi jauh lebih tinggi apabila penelitian dilakukan pada cakupan wilayah yang lebih luas dari area kajian saat ini.

Keberadaan pohon-pohon endemik ini bukan hanya penanda pentingnya konservasi, tetapi juga menjadi harapan bahwa hutan Kalimantan masih memiliki potensi untuk dipulihkan. Upaya perlindungan dan pengelolaan berkelanjutan sangat dibutuhkan agar kekayaan flora unik ini tidak hilang ditelan waktu.

Mari Kita berkenalan dengan spesies Pohon Endemik Kalimantan

Jengkol Hutan (Archidendron borneense)

IUCN – Near Threatened/Hampir Terancam

Masyarakat lokal menyebut tumbuhan ini sebagai jengkol hutan. Secara taksonomi, spesies ini masih berkerabat dengan jengkol (Archidendron jiringa) yang umum dikonsumsi. Namun, berbeda dengan kerabatnya, buah dari jengkol hutan tidak dapat dikonsumsi manusia. Meski demikian, tumbuhan ini memiliki peran penting di ekosistem hutan karena menjadi salah satu penyedia pakan bagi satwa liar.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, spesies ini ditemukan pada tingkat pertumbuhan pohon dengan diameter batang di atas 20 cm. Daunnya berbentuk majemuk, dengan anak daun yang tersusun berhadapan seperti halnya pada jenis A. jiringa. Kulit batang berwarna kehijauan, sedangkan bagian dalam batang (daging batang) berwarna putih

 

Meranti Merah (Rubroshorea parvistipulata)

IUCN – Least Concern/Beresiko Rendah

Tumbuhan ini dikenal luas dalam perdagangan kayu dengan nama meranti merah, salah satu jenis kayu komersial yang cukup diminati. Dalam klasifikasi perdagangan, meranti merah termasuk kayu kelas II, yang berarti memiliki kualitas baik: kuat, cukup tahan lama, serta sesuai untuk berbagai kebutuhan konstruksi.

Secara umum, spesies ini memiliki ciri khas berupa batang berbanir dengan diameter yang dapat mencapai lebih dari 100 cm dan batang yang mengandung resin. Daunnya tersusun berseling, dengan permukaan bawah daun hingga daun penumpu (stipule) sedikit berbulu. Bunga berwarna kuning hingga merah muda, sedangkan buahnya berwarna hijau ketika muda dan berubah menjadi merah muda saat masak.

 

Ubar/Ubah (Syzygium tawahense)

IUCN – Least Concern/Beresiko Rendah

Spesies ini termasuk dalam marga Myrtaceae, kerabat dari jambu-jambuan hutan yang secara lokal maupun dalam perdagangan dikenal dengan nama ubah atau ubar. Secara ekologis, tumbuhan ini memiliki peran penting sebagai penyedia pakan bagi satwa liar, terutama burung pemakan buah serta berbagai jenis mamalia besar maupun kecil.

Syzygium tawahense merupakan pohon sub-kanopi yang dapat tumbuh hingga 30 m dengan diameter batang kurang dari 100 cm. Batangnya berwarna cokelat dan sedikit berbanir. Daunnya duduk berhadapan dengan tulang daun primer dan sekunder yang terlihat jelas. Bunganya berwarna putih dengan benang sari yang menonjol, sementara buahnya berukuran kecil dan berwarna hijau ketika muda.

 

Foto dan Teks : Oktavianus Limpa/ Botanist Gaia Indonesia

 

 

Referensi:

Ferry, S. (2025, agustus 27). Plants of Southeast Asia. Retrieved from https://www.asianplant.net/

IUCN. (2025, Agustus 27). The IUCN Red List of Threatened Species. Retrieved from https://www.iucnredlist.org/en

Kade, S. (2015). Jenis Jenis Pohon Endemik Kalimantan. Samboja, Balikpapan: Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam.

MONGABAY. (2020, Agustus 27). Borneo. Retrieved from https://worldrainforests.com/borneo/

Royal Botanic Gardens, K. (2025, Agustus 27). Plants of the World Online. Retrieved from https://powo.science.kew.org/

 

 

Ask Our Expert

Join hands with GAIA, your dedicated partner in Southeast Asia, to make a lasting impact on our planet. With our expert team and local insights, we help you meet your climate, biodiversity, and social goals efficiently and effectively.

Contact Form