GALLERY

Intip Pembuatan Makanan “Suami” Di Pulau Seram

Makanan khas masyarakat Buton Suami ini terbuat dari bahan baku singkong hasil kebun milik Santoso

Dibantu oleh ibu-ibu dari tetangga Santoso yang mengelola bahan baku tersebut menjadi makanan kue Suami

Bersama sang istri, Santoso mengembangkan usaha ini sejak tahun 2015

Awal memulai belum memiliki alat yang memadai, sampai akhirnya usaha berjalan dan membeli alat baru

Alat pres atau tekan ini menjadi salah satu alat penting karena adonan singkong ini dikeringkan menggunakan alat tersebut

Dalam sehari Santoso dapat membuat sekitar 20-30 bungkus adonan singkong yang dijadikan kue Suami

Untuk satu loyang kue Suami dibandrol dengan harga Rp 100.000 di pasar dan untuk eceran atau potongan kecil dijual dengan harga Rp 6.000/potong

Cerita tentang salah satu warga transmigrasi bernama Santoso (48) yang berasal dari Kota Malang, Jawa Timur memulai membuka usaha membuat makanan khas Buton Suami di Desa Rukun Jaya, Kecamatan Bula Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Santoso bersama istrinya mengembangkan usaha kecil tersebut sejak tahun 2015 hingga sekarang dengan harapan usahanya tetap berjalan lancar.

Makanan kue Suami biasa disebut di daerah ini menjadi salah satu makanan yang diminati di Pulau Maluku. Kue yang terbuat dari bahan baku singkong ini diolahnya untuk dijual di pasar terdekat atau melalui pesanan dari pelanggan tetap. Santoso dibantu oleh sang istri dan empat orang karyawannya yang adalah ibu-ibu dari tetangga sekitar rumahnya.

Dalam sehari, rata-rata Santoso memproduksi 20 hingga 30 bungkus kue Suami untuk dijual ke pasar dan juga ke para pelanggan. “Tidak pasti sih, namun rata-rata ada sekitar 20 sampai 30 bungkus yang dibuat. Karena terkadang tergantung bahan juga, kalau lagi tidak ada ya hanya buat sedikit saja” ujarnya.

Setiap satu loyang kue Suami dibandrol dengan harga seratus ribu Rupiah, sedangkan untuk harga di warung dijual sekitar enam ribu Rupiah untuk satu potong. Santoso salah satu warga yang berhasil membangun usaha di desa transmigrasi tempat tinggalnya sejak era tahun 1983 orang tuanya datang pertama kali di tanah Maluku

Teks dan Foto : Dedy Istanto/Gaia Indonesia

Ask Our Expert

Join hands with GAIA, your dedicated partner in Southeast Asia, to make a lasting impact on our planet. With our expert team and local insights, we help you meet your climate, biodiversity, and social goals efficiently and effectively.

Contact Form