NEWS

Schwaner Muller Project : Survei Keanekaragaman Hayati Gaia Indonesia di Tanah Kalimatan Barat

Cerita ini merupakan pengalaman penulis selama mengikuti kegiatan survei Feasibility Study GAIA Indonesia di Kalimantan Barat dalam rangka mendata biodiversitas mulai dari burung, mamalia, vegetasi, dan juga herpetofauna sebagai bagian dari kontribusi dalam upaya menciptakan kelestarian lingkungan baik secara lokal maupun global.

Perjalanan tim diawali dari Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, menuju Bandar Udara Internasional Supadio, Kalimantan Barat dengan waktu tempuh kurang lebih 1,5 jam. Setibanya di kota Pontianak, tim melanjutkan perjalanan menuju Kecamatan Sandai, Kabupaten Ketapang melalui jalan darat selama enam jam dan bermalam di sana untuk beristirahat.

Keesokan harinya, perjalanan dilanjutkan ke tempat tujuan lokasi survei. Sebelum mencapai camp, tim singgah di Desa Senduruhan dalam rangka goodwill visit pasca sosialisasi oleh tim sosial yang telah dilaksanakan sebelumnya sekaligus meminta izin kepada kepala desa setempat. Perjalanan dilanjutkan menuju camp di salah satu kawasan konsesi hutan dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit. Sesampainya di camp, hal yang pertama dilakukan adalah melihat kondisi tempat yang lama tidak ditempati dan membersihkan ruang kamar untuk tempat bermalam selama delapan hari. Setelah semua selesai, kegiatan berikutnya adalah unloading barang dan logistik, pengecekan alat, dan survei rona lingkungan di sekitar wilayah kerja dan diakhiri dengan sesi diskusi untuk perencanaan dan persiapan rencana kegiatan survei bersama dengan warga yang dilibatkan dari beberapa dusun sebagai pendamping selama kegiatan.

Hari kedua, suasana pagi camp sudah dipenuhi oleh suara derap langkah kaki dan suara samar perbincangan mulai terdengar. Beberapa orang mempersiapkan makanan sarapan pagi sebelum berangkat dan sisanya dibawa sebagai bekal untuk di lapangan. Peralatan dan perlengkapan seperti tali, kompas, alat penentu lokasi Global Position System (GPS) dipersiapkan sebelum pelaksanaan misi hari ini. Perjalanan dilaksanakan sekitar pukul tujuh pagi menggunakan kendaraan roda empat double gardan dengan jarak tempuh kurang lebih tiga kilometer dengan kondisi jalan tanah dan bebatuan kecil serta melintasi jembatan kayu di atas sungai. Selama perjalanan ke lokasi survei, penulis menikmati secara langsung hembusan udara segar dan melihat suasana keindahan pemandangan lanskap kawasan hutan Kalimantan Barat. Sesampainya di lokasi, titik awal yang menjadi “pintu masuk” menuju belantara sekaligus “kantor” tim selama empat hari ke depan, aktivitas yang dilakukan hari ini adalah membuka jalur pengamatan. Koordinator proyek yang bertugas memastikan seluruh aktivitas berjalan sesuai dengan rencana memberikan brifieng kepada seluruh tim serta pembagian tugas. Kondisi jalur di lokasi survei bermedan tanah dengan tingkat kemiringan yang cukup variatif. Selain membuka jalur, tim bertugas memberi tanda sebagai keterangan jarak, di mana titik pada interval 25 meter diberi penanda untuk memudahkan navigasi. Kegiatan ini menjadi pengalaman kali pertama bagi penulis, berjalan dan mengeksplorasi hutan alami tanpa adanya jalur yang telah dibuat sebelumnya. Kegiatan pembuatan jalur ini berlangsung hingga sore hari, dan akan menjadi jalur pengamatan selama survei berlangsung. Seluruh tim pun akhirnya kembali ke camp dan sesampainya di sana kami pun bersiap menikmati hidangan malam bersama.

Briefing singkat sebelum memasuki wilayah kerja

Keesokan harinya membawa angin segar dan penuh semangat bagi tim karena akan memulai kegiatan mulai hari ini. Agenda pengamatan hari ini terdiri dari empat taksa meliputi vegetasi, avifauna, mamalia dan herpetofauna, dan ditambah pengambilan citra jarak jauh menggunakan sistem inderaja. Sesuai dengan pembagian tugas, penulis hari ini ikut bersama dengan tim avifauna (burung) yaitu, melakukan pendataan dan inventarisasi jenis-jenis burung yang ada di lokasi survei. Pengamatan mulai pukul enam pagi, di mana keberadaan burung yang diamati terdiri dari empat titik dengan pengamatan selama selama 20 menit. Setiap titik pengamatan berjarak sekitar 200 meter dari titik sebelumnya, dengan metode pengamatan point count. Kegiatan ini menambah wawasan penulis terhadap keanekaragaman avifauna, khususnya burung-burung endemik Kalimantan. Penulis mendapat pengalaman dan belajar secara langsung bagaimana melakukan identifikasi jenis burung berdasarkan morfologi yang diamati menggunakan alat teropong (binocular). Selama kurang lebih lima jam pengamatan burung di dalam kawasan hutan berlangsung, tim pun bergegas kembali menuju camp untuk makan siang dan beristirahat sebelum melanjutkan kembali di sore hari nanti. Waktu sore tiba, penulis kali ini bergabung dengan tim mamalia dan herpetofauna dengan agenda pengamatan dan pemasangan juga pemasangan alat jebak untuk mamalia kelelawar.

Pembuatan simpul pada tali mistnet kelelawar

Sesampainya di wilayah kerja, tim mulai mempersiapkan peralatan dan memasang mist net untuk kelalawar. Selain itu tim juga memasang alat perangkap mamalia pengerat seperti tikus dengan menggunakan kasmin yang diletakkan di jalur pengamatan. Seluruh alat perangkap sudah terpasang dan cahaya di dalam hutan mulai gelap, seluruh anggota tim menggunakan head lamp untuk melakukan pengamatan herpetofauna seperti ular, katak atau kodok serta kadal di malam hari.

Kondisi topografi masih dataran rendah dengan iklim tropis mendukung aktivitas malam hari dengan tingkat suhu cenderung hangat. Selama pengamatan, tim berhasil berjumpa dengan berbagai satwa seperti katak, kadal, tikus, kelelawar, tarsius, sampai dengan landak. Perjumpaan terhadap berbagai jenis satwa, terutama tarsius dan landak berbulu menjadi pengalaman pertama penulis karena dapat melihat dan merasakan secara langsung satwa tersebut di habitat alaminya. Malam panjang, kegiatan diakhiri dengan melakukan identifikasi serta mencatat temuan pada lembar pengamatan sebelum kembali menuju camp untuk beristirahat.

Hari berikutnya suasana camp dibasahi gerimis hujan yang datang sejak dini hari yang menghambat kegiatan survei hari ini. Meski tidak berlangsung lama, akhirnya mentari tiba dan penulis hari ini bergabung bersama dengan tim vegetasi untuk melakukan pengamatan di lokasi survei. Sesampainya di plot, tim segera membuat penanda radius ukuran area kaji dan mendata keberadaan vegetasi berupa pohon melalui pengukuran Diameter at Breast Height (DBH). Pengamatan dan pengambilan sampel seperti daun, ranting, identifikasi spesies vegetasi, dan penandaan individu pohon telah didata. Berbeda dengan pengamatan sebelumnya, pengamatan dan pengambilan data vegetasi lebih banyak melibatkan orang dan waktu yang dibutuhkan lebih panjang. Waktu sudah menjelang sore, tim sudah mengantongi data vegetasi di empat plot dari total lima plot berdasarkan rencana yang dibuat. Tim beserta penulis melanjutkan kembali trekking ke titik awal dan bersiap untuk menuju camp. Seluruh hasil pengamatan yang dilakukan selama tiga hari ini terbilang sama dengan pencatatan data avifauna, mamalia dan herpetofauna, yaitu melakukan pengisian lembar data vegetasi ditambah dengan preservasi sampel menggunakan lembaran koran bekas sebagai pembungkus agar proses identifikasi dapat berlangsung lebih mudah.

Dokumentasi tim sebelum meninggalkan camp

Waktu terus berlalu dan begitu cepat ketika seseorang menghabiskan mayoritas harinya terpana di bawah kerimbunan kanopi alam yang imersif. Hari keempat adalah indikasi bagi sebagian tim, termasuk penulis, dalam melepaskan diri dari pelukan dewi bumi dan kembali ke kehidupan kota. Setelah selesai berkemas, mobil yang biasanya mengantarkan ke lokasi survei, kini harus mengantarkan pulang. Demikian kisah petualangan singkat penulis bersama tim ke bumi Kalimantan. Tidak hanya data dan sampel, pengalaman yang tidak kalah berharga pun telah diperoleh penulis. Mandi sekaligus minum air sungai, memancing bersama masyarakat lokal, tersandung dan tersungkur di hutan, hingga terjebak dalam lumpur dan tanah liat merupakan segilintir buah tangan dari hutan Kalimantan. Akhir kata, hal terbaik kedua setelah menikmati waktu yang menyenangkan adalah mengingatnya kembali.

 

Jonathan Pratama/ Peserta magang mahasiswa Institut Teknologi Bandung

Ask Our Expert

Join hands with GAIA, your dedicated partner in Southeast Asia, to make a lasting impact on our planet. With our expert team and local insights, we help you meet your climate, biodiversity, and social goals efficiently and effectively.

Contact Form