NEWS

Anyaman Dayak: Warisan Kreativitas Masa Lalu Dalam Ruang Modernisasi

Dusun Engkadin adalah salah satu dusun yang terletak di Desa Sepakat Jaya, Kecamatan Nanga Tayap Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Desa yang memiliki izin dalam pengelolaan perhutanan sosial dengan skema hutan desa ini berada di area hutan lindung yang mencakup dua bukit bernama Lemmbuding dan Batu Menangis (LEMMANIS). Untuk menuju kesana melalui jalan lintas provinsi dengan menggunakan kendaraan mobil dari Bandara Kabupaten Ketapang, Kota Pontianak, dan juga Kabupaten Pangkalan Bun.  

Rasa cinta masyarakat Desa Sepakat Jaya terhadap hutan sangat tinggi. Salah satunya dengan memanfaatkan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) berdasarkan izin yang diperoleh dalam mengelola perhutanan sosial. Tidak hanya itu, Desa Sepakat juga membentuk organisasi dalam rangka pengelolaan kawasan hutan bernama Lembaga Pengelolaan Hutan Desa (LPHD) Lemmanis yang memiliki lima unit Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) yaitu, KUPS air bersih, ternak, ekowisata, tanaman cabai dan terakhir kerajinan tangan berupa anyaman yang didominasi oleh kelompok perempuan.  

Peninggalan leluhur yang tak pernah luntur. Masyarakat suku Dayak memiliki kemampuan dalam menganyam dari nenek moyang yang turun temurun hingga sekarang. Hasil anyaman berupa alat-alat untuk memanen padi atau biasa disebut kampik, butung, penampi (nyiruk) berbentuk segi empat yang sudah ada sejak dahulu. Seiring perkembangannya kini masyarakat Desa Sepakat Jaya mulai mengembangkan unit usaha anyama dengan berbagai bentuk, di antaranya anyaman tas laptop, tas slempang mini, dompet, dan sebagainya. 

 Adalah Kelompok Usaha Perhutanan Sosial Tanjung Pandan namanya untuk kelompok anyam Desa Sepakat Jaya yang dibentuk pada tahun 2020 lalu. Kelompok usaha yang didominasi oleh kelompok perempuan ini masih dalam proses pembuatan Surat Keputusan (SK) dari desa untuk disahkan secara resmi. Kelompok ini terbentuk berawal dari sebuah ide yang disampaikan oleh Pak Raden salah satu warga desa yang melihat anyaman seorang ibu bernama Theodora di sebuah acara Gawai Adat Dayak di Dusun Engkadin. Ide tersebut disambut baik oleh Ibu Theodora selaku istri kepala Dusun Engkadin sampai akhirnya Ibu Theodora dipilih menjadi ketua KUPS Tanjung Pandan yang sekarang sudah beranggotakan 12 warga. 

Bahan baku untuk membuat anyaman adalah bambu kinjil. Bambu yang memiliki diameter kurang lebih 5 CM, bambu ini banyak tumbuh di sekitar Hutan Desa Batu Menangis, Dusun Engkadin. Bahan baku untuk anyaman biasanya disiapkan secara berkelompok, mulai dari menebang bambu, merendamnya di dalam sungai untuk membuat bambu lebih kokoh, lalu mengeringkan bambu dengan sinar matahari sebelum bambu diasap sampai kering, dan tahap terakhir adalah merautnya menjadi bahan anyaman. Proses tersebut membutuhkan waktu paling tidak dua minggu sebelum menjadi berbagai bentuk anyaman.  

Kelompok Usaha Perhutanan Sosial Tanjung Pandan dalam memasarkan produknya dibantu oleh Community Forest Ecosystem Service (CFES) sebuah lembaga yang bergerak dibidang pembayaran jasa lingkungan dari perusahaan kepada masyarakat dengan skema perhutanan sosial. Saat ini CFES berperan sebagai pendamping masyarakat untuk mengembangkan Hutan Desa oleh LPHD Lemmanis dan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial di Desa Sepakat Jaya yang dibantu oleh Dharma Satya Nusantara Group (DSNG) 

Produk anyaman ini diharapkan bisa menjadi produk unggulan dari Desa Sepakat Jaya, selain meningkatkan ekonomi masyarakat dan membangun rantai komoditas dari pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), melalui produk anyaman ini juga bisa mengenalkan budaya Dayak ke dunia yang lebih luas melalui ukiran anyaman yang dibuat langsung dari tangan perempuan dayak.  

 

 

Uswatun Khasanah Enggar Saptaningrum / Social Development Assistant Gaia Indonesia

Ask Our Expert

Join hands with GAIA, your dedicated partner in Southeast Asia, to make a lasting impact on our planet. With our expert team and local insights, we help you meet your climate, biodiversity, and social goals efficiently and effectively.

Contact Form