NEWS

Peluang Ekonomi Keanekaragaman Hayati

GAIA Indonesia mengikuti workshop bertajuk “Ekonomi Keanekaragaman Hayati” yang digelar oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bersama Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Senin (3/6). Hadir dalam pertemuan tersebut perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan pelaku usaha dibidang kehutanan dan lingkungan dengan tujuan memberikan wawasan tentang kondisi peluang bisnis, tantangan ekonomi keanekaragaman hayati serta peran sektor swasta dalam pengembangannya dalam upaya menyempurnakan Rancana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2025-2029 dan berkontribusi pada agenda bioekonomi G20 2024. 

Acara dibuka oleh Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas Dr. Vivi Yulaswati, MSc dan dilanjutkan dengan sambutan dari Direktur Lingkungan Hidup Bappenas, Dr. Ir. Medrilzam, M.Prof. Econ, Ph.D. Keduanya menyampaikan bahwa alternatif pembiayaan sangat diperlukan untuk konservasi dan biodiversity credit bisa menjadi alat bisnis yang menjanjikan untuk mewujudkan komitmen sustainability, baik di Indonesia maupun global. 

Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal (GBF) telah ditandatangani oleh 196 negara pada 19 Desember 2022 lalu yang bertujuan untuk “melakukan tindakan mendesak untuk menghentikan dan membalikkan kerugian keanekaragaman hayati” serta melindungi 30 persen dari luas daratan dan laut pada tahun 2030 mendatang. Adopsi framework ini menjadi tonggak dalam memastikan fokus yang tepat pada aspek pembangunan, yaitu pembiayaan. Negara-negara yang menandatangani kesepakatan tersebut berkomitmen melakukan kemajuan menuju pencapaian target dan memperbarui Rencana Strategi dan Aksi Keanekaragaman Hayati Nasional disertai dengan rencana pembiayaan keanekaragaman hayati.  

Diperlukan mekanisme yang jelas untuk menggerakkan sumber daya untuk mengatasi kesenjangan pembiayaan keanekaragaman hayati global. Kesenjangan ini diperkirakan mencapai 542 miliar USD per tahun pada 2030 untuk mencapai tujuan Rio (peningkatan suhu global maksimum 1.5 derajat Celsius, perlindungan 30% lahan dan lautan, dan netralitas dalam degradasi lahan). Dengan adanya kerangka kerja ini dan tren ESG dalam bisnis investasi global dalam keanekaragaman hayati diharapkan akan tumbuh pesat, terutama di sektor swasta. Salah satu mekanisme yang sedang dikembangkan secara global saat ini adalah kredit keanekaragaman hayati atau biodiversity credit, yaitu mekanisme keuangan yang mewakili aset yang diciptakan melalui investasi dalam restorasi, konservasi, dan pengembangan keanekaragaman hayati di suatu lanskap.  

Turut hadir  dua narasumber Mauricio Serna dari Terrasos, Direktur Keuangan dan Administrasi dan Francisco Gómez, Direktur Teknis. Terrasos adalah perusahaan asal Kolombia yang memiliki spesialisasi dalam penyusunan dan pengoperasian investasi lingkungan. Perusahaan ini telah mengerjakan lebih dari 30.000 hektar kompensasi keanekaragaman hayati di Kolombia dan mengusung 12 habitat bank yang mencapai luas 5.000 hektar sejak tahun 2017 dengan nilai komitmen lebih dari tujuh juta USD. Solusi yang ditawarkan tidak hanya berupa implementasi konservasi keanekaragaman hayati, namun juga mengalihkan aliran modal yang merugikan alam dari sumber-sumber publik dan swasta untuk membalikkan dampak negatif dan bergerak dalam pelestarian. 

Terasos menjelaskan bahwa regulasi di Kolombia mendukung manajemen risiko dengan mewajibkan izin lingkungan dan studi dampak lingkungan sebagai pertimbangan pemberian izin. Proyek yang diajukan harus menggambarkan semua komponen terkait organisme kehidupan, fisik, dan sosio-ekonomi yang mungkin terdampak, serta menyediakan program yang mencegah, mengurangi, memperbaiki, dan mengimbangi semua dampak (Hirarki Mitigasi). Berikut tipe-tipe kompensasi yang diterapkan di Kolombia, yaitu: 

  1. Kompensasi lingkungan, berupa penggantian dan pemberian imbalan kepada masyarakat, daerah, dan lingkungan alami atas dampak atau efek negatif yang dihasilkan oleh sebuah proyek, pekerjaan, atau aktivitas, yang tidak dapat dihindari, diperbaiki, atau dikurangi. 
  1. Investasi wajib tidak kurang dari 1%, berlaku pada pengurangan area hutan lindung, penggunaan spesies yang terancam atau dilarang, dan kerugian komponen biotik. 
  1. Kompensasi sukarela (bank habitat). 

Habitat Bank adalah lahan dimana kompensasi untuk pelestarian, peningkatan, atau pemulihan ekosistem yang diterapkan untuk mengimbangi (offset) dampak negatif pada keanekaragaman hayati. Habitat Bank memungkinkan beberapa perusahaan melakukan offset kerusakan di satu area. Pembayaran dilakukan sesuai pencapaian milestone pada tahap desain dan pemeliharaan biodiversity unit yang telah disetarakan dengan satuan hektar. Habitat Bank (HB) yang dikembangkan Terrasos antara lain Meta HB, El Gobo HB dan Asocasan HB. Proyek-proyek ini telah membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, mengembangkan keterampilan baru pada personel yang terlibat, dan mendorong pendidikan serta perlindungan lingkungan di wilayah sekitarnya. 

Berdasarkan pemaparan dan diskusi tersebut bisa disimpulkan bahwa jika dapat diimplementasikan dengan standar integritas tinggi tata kelola pasar yang baik dan transparan, maka pasar biodiversity credit berpotensi memberikan manfaat bagi ekosistem, masyarakat adat, serta komunitas lokal sambil mendukung perusahaan dalam upaya mengurangi risiko lingkungan untuk berinvestasi pada hasil positif bagi alam serta memberikan produk dan layanan yang lebih menarik bagi pelanggan. 

 

 

Penulis : Alya Faryanti Purbahapsari/ Project Coordinator Gaia Indonesia 

Ask Our Expert

Join hands with GAIA, your dedicated partner in Southeast Asia, to make a lasting impact on our planet. With our expert team and local insights, we help you meet your climate, biodiversity, and social goals efficiently and effectively.

Contact Form